Lahir pada 3 September 1961 dengan nama lengkap Virgiawan Listanto, sosok yang kita kenal sebagai Iwan Fals ini memulai karirnya jauh sebelum sebagian besar dari kita dilahirkan ke dunia. Iwan Fals adalah seorang penyanyi, musisi, pencipta lagu, dan kritikus yang sudah menjadi legenda dunia musik Indonesia. Sosoknya dikenal luas, menjangkau berbagai lapisan masyarakat. Tidak salah rasanya kita menobatkan dirinya sebagai musisi yang dicintai sejuta umat. Majalah Rolling Stone Indonesia juga pernah memasukkannya ke dalam daftar The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa pada tahun 2008 silam.
Maka dari itu pada kesempatan kali ini kami ingin membahas sosok penyanyi legendaris ini. Sosok yang karya-karyanya akrab di telinga kita hingga saat ini. Berikut adalah pembahasan singkat mengenai Iwan Fals yang kami rangkum dari berbagai sumber.
Masa Kecil Dan Awal Karir
Masa kecil Iwan dihabiskan di Bandung, sebelum kemudian pindah ke Jeddah, Arab Saudi. Iwan kecil bersekolah di KBRI selama 8 bulan, sebelum kemudian kembali ke Indonesia. Yang unik adalah pada saat kepulangannya yang berbarengan dengan musim haji, dimana kebanyakan penumpang membawa air zam-zam, sosok Iwan kecil malah menenteng gitar kesayangannya. Hingga seorang pramugari datang menghampiri dan ingin meminjam gitarnya yang ternyata fals. Pramugari tersebut kemudian meyetem gitar Iwan kecil dan mengajarinya memainkan lagu Blowin’ in the Wind dari Bob Dylan.
Bakat musiknya sudah terasah sejak usia muda. Dia memulainya dengan bermain gitar dan mengamen di Bandung. Hal ini dilakukan untuk mengasah kemampuannya dalam bermain gitar dan menulis lagu. Saat teman-temannya lebih memilih untuk memainkan lagu-lagu Rolling Stones, dia lebih memilih memainkan lagu ciptaan sendiri. Memegang teguh prinsip hidup mengalir dan memandangnya dengan sederhana, terciptalah lagu-lagu yang lucu, dengan lirik humor penuh canda yang bisa menghibur dan membuat banyak orang tertawa. Biar jelek, yang penting lagu ciptaan sendiri ujarnya. Iwan juga sering mendatangi hajatan, kawinan, dan sunatan untuk bernyanyi di sana. Yang biasa menemaninya adalah sosok bernama Engkus, seorang tukang bengkel motor. Karena bengkelnya ramai, biasanya Engkus selalu tahu informasi kalau akan diadakan hajatan dan semacamnya.
Iwan muda kemudian diajak untuk mengadu nasib di Jakarta. Bersama teman-temannya Toto Gunarto, Helmi Bahfen, dan Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul, mereka merekam album di Istana Music Records, Jakarta. Iwan kemudian menjual motornya untuk membiayai proses mastering rekaman. Sayangnya album Amburadul gagal di pasaran, dan Iwan Fals kembali menjadi pengamen. Kabarnya album rekaman Amburadul ini sekarang menjadi buruan kolektor serta fans fanatik Iwan Fals.
Selain mengamen, Iwan juga kerap mengikuti berbagai festival musik. Dia juga sempat merekam album humor bersama Pepeng, Krisna, dan Nana Krip. Sayangnya lagi-lagi album ini gagal di pasaran dan hanya menjadi konsumsi kalangan terbatas saja.
Karir seorang Iwan Fals mendapat titik cerah setelah dia bekerja sama dengan perusahaan rekaman Musica. Di Musica inilah album-album Iwan Fals digarap dengan lebih serius. Rilisan perdananya bersama Musica adalah album Sarjana Muda yang dirilis pada tahun 1981. Album ini ternyata banyak diminati dan tawaran manggung mulai berdatangan. Iwan kemudian berhenti mengamen setelah anak keduanya, Cikal lahir di tahun 1985. Yang kemudian disambung dengan menanjaknya popularitas lagu Oemar Bakri dari album Sarjana Muda. Berkat album itu dia masuk TV dan Oemar Bakri ditayangkan di TVRI pada tahun 1987.
Orde Baru, SWAMI, Dan Kantata Takwa
Iwan Fals terkenal dengan lagu-lagunya yang tidak hanya lugas dan menyentuh, namun juga sarat dengan kritikan sosial. Di tahun 1984 dia sempat berurusan dengan aparat keamanan, dia ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lagu Demokrasi Nasi, Pola Sederhana, dan Mbak Tini pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan terror.
Selama Orde Baru, ada beberapa jadwal konser Iwan Fals yang dilarang dan dibatalkan oleh pihak keamanan karena lirik-lirik lagunya yang kritis, demonstratif, dan membangkitkan perlawanan massif. Ketika Sofyan Ali menggagas rencana tour 100 kota di seluruh Indonesia, mereka terhalang oleh pembatalan izin secara tiba-tiba oleh pihak kepolisian. Padahal seluruh perlengkapan, personel, serta seluruh persiapan konser sudah matang, dan rombongan tour sudah berada di lokasi konser di Palembang. Akhirnya terpaksa seluruh rangkaian tour 100 kota dibatalkan.
Pada perjalanan panggung musik yang memarginalkan diri Iwan Fals, ada sedikit cahaya terang saat Iwan Fals menemukan ruang ekspresi dalam berkesenian di Bengkel Teater WS Rendra. Di sini tercipta media transformasi pemikiran kebudayaan untuk menambah wawasan dan berkarya. Iwan Fals bertemu dengan Naniel, Sawung Djabo, Inisisri, Toto Tewel, Jerry, Tates, dan Cok Rampal dan kemudian lahirlah SWAMI. Nama SWAMI diambil karena masing-masing personil berstatus sebagai suami dari masing-masing istri mereka.
Saat bergabung dengan Swami nama Iwan Fals semakin mencuat dengan mencetak hits yang sangat fenomenal, seperti Bento dan Bongkar. Perjalanan musik Iwan Fals terus berlanjut ketika berjalan bersama Kantata Takwa yang pada tahun 1990 merilis album. Kantata Takwa, adalah sebuah proses interaksi individu-individu berkarakter yang dipayungi WS.Rendra (penulis sajak/lirik), Setiawan Djody (fasilitator), Jocky Suryo Prayogo (arranger/keyboard), Donny Fattah (bassis), Inisisri (drummer/perkusi) dan Sawung Djabo serta Iwan Fals sebagai pencipta lagu dan penyanyi. Konser-konser Kantata Takwa saat itu sampai sekarang dianggap sebagai konser musik yang terbesar dan termegah sepanjang sejarah musik Indonesia.
Setelah kontrak dengan SWAMI yang menghasilkan dua album (SWAMI dan SWAMI II) berakhir, dan di sela Kantata (yang menghasilkan Kantata Takwa dan Kantata Samsara), Iwan Fals masih meluncurkan album-album solo maupun bersama kelompok seperti album Dalbo yang dikerjakan bersama sebagian mantan personel SWAMI.
Idealisme Dan Prestasi
Sejak meluncurnya album Suara Hati pada 2002, Iwan Fals memiliki kelompok musisi pengiring yang tetap dan selalu menyertai dalam setiap pengerjaan album maupun konser. Menariknya, dalam seluruh alat musik yang digunakan baik oleh Iwan fals maupun band-nya pada setiap penampilan di depan publik tidak pernah terlihat merek maupun logo. Seluruh identitas tersebut selalu ditutupi atau dihilangkan. Pada panggung yang menjadi dunianya, Iwan Fals tidak pernah mengizinkan ada logo atau tulisan sponsor terpampang untuk menjaga idealismenya yang tidak mau dianggap menjadi wakil dari produk tertentu.
Total hingga saat ini ada 48 album studio yang pernah dirilis Iwan Fals. Sebuah pencapaian yang luar biasa! Namun tidak seluruh album yang dikeluarkan Iwan Fals berisi lagu baru. Pada tahun-tahun terakhir, Iwan Fals lebih sering mengeluarkan rilis ulang lagu-lagu lamanya, baik dengan aransemen asli maupun dengan aransemen ulang. Pada tahun-tahun terakhir ini pula Iwan Fals lebih banyak memilih berkolaborasi dengan musisi muda berbakat. Sepanjang karirnya, Iwan Fals juga melakukan banyak kolaborasi serta menjadi penulis lagu untuk banyak artis lain.
Dari sekian banyak album yang sudah pernah dirilis, Iwan Fals juga punya banyak single yang tidak dijual secara bebas. Lagu-lagu tersebut menjadi koleksi eksklusif para penggemarnya dan kebanyakan direkam secara live. Beberapa lagu Iwan Fals yang tidak dikomersialkan seperti lagu 'Pulanglah' yang didedikasikan khusus untuk almarhum Munir ternyata sangat digemari yang akhirnya direkam ulang dan dimasukkan ke dalam album 50:50 yang beredar pada tahun 2007.
Iwan Fals juga telah mendapatkan banyak penghargaan sepanjang karirnya. Salah satu yang istimewa adalah Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010). Iwan Fals dianugerahi bintang Satyalencana Kebudayaan 2010 karena dinilai berjasa mengembangkan dan melestarikan budaya.
Penutup
Untuk saya pribadi, meskipun bukan seorang penggemar berat Iwan Fals, rasanya lagu-lagu Iwan Fals punya tempat tersendiri dan selalu membawa kenangan menyenangkan saat mendengarnya. Saya tumbuh di Jakarta, di tengah pemukiman padat yang dikelilingi oleh tetangga yang suka menyetel lagu-lagu Iwan Fals. Karena seringnya mendengar lagu-lagu tersebut, saya menjadi akrab dengan lagu-lagu seperti Guru Oemar Bakri, Galang Rambu Anarki, Sunatan Masal, Ethiopia, dan banyak lagi. Hingga saat ini mendengarkan lagu-lagu Iwan Fals, langsung membangkitkan kenangan masa kecil, saat duduk bersama tetangga sambil mendengarkan kaset-kaset Iwan Fals dan bernyanyi bersama.
Saat membuat tulisan ini juga, mata saya terpaku melihat judul lagu Pesawat Tempur. Mungkin ini kali pertama lagi saya mendengar lagu ini setelah puluhan tahun. Saat didengarkan lagi, lirik-liriknya yang lugas namun penuh makna, terasa tetap relevan dengan apa yang terjadi di masa sekarang. Memang sungguh luar biasa sosok seorang Iwan Fals, tidak salah rasanya menobatkan beliau sebagai sosok musisi pujaan sejuta umat. Dia adalah sosok yang dekat dengan kehidupan kita semua, karya-karyanya tak lekang oleh zaman, dan semoga terus abadi sepanjang masa. Terima kasih Iwan Fals.
Untuk kalian yang mencari official merchandise Iwan Fals, silakan cek di sini:
https://www.rocknation.id/products/all?filter_artist=iwan+fals
Penulis: Febri
Design: Adam