Jurnal

Deretan Lagu Dengan Lirik Puitis image

Deretan Lagu Dengan Lirik Puitis

Lirik adalah sebuah bentuk puisi, terkadang berisi curahan hati yang paling dalam dari penulisnya yang ingin disampaikan lewat sebuah lagu. 

Menurut Wikipedia "Lyrics are words that make up a song usually consisting of verses and choruses" 

Sedangkan dalam Cambridge Advanced Learner's Dictionary, lirik memiliki arti tambahan yaitu "a short poem which expresses the personal thoughts and feelings of the person who wrote it."  Jadi memang sebuah lirik adalah bentuk puisi pendek yang berisi pemikiran dan perasaan orang yang menulisnya.

Tidak jarang sebuah lirik menjadi sangat berkesan untuk kita semua, terekam di benak, dituliskan di kertas, atau yang mungkin paling sering terjadi belakangan ini, diunggah menjadi konten media sosial. Sadar atau tidak, ternyata sebuah lirik adalah bentuk puisi yang sangat dekat dengan kehidupan kita.

Dalam rangka memperingati Hari Puisi Nasional yang jatuh pada tanggal 28 Maret ini, kami akan membagikan beberapa lagu berlirik puitis yang dipilih oleh beberapa narasumber dan juga tim Rock Nation.

Icon of Coil – Dead Enough For Life

Pilihan J.A Verdiantoro (Otong) – Koil



Sebuah nama yang tidak asing, J.A Verdiantoro alias Otong adalah vokalis Koil, band cult asal Bandung. Saat dihubungi, dia menyebutkan lagu “Dead Enough for Life” dari band EBM asal Swedia Icon of Coil sebagai pilihannya untuk lagu dengan lirik yang puitis. 

Liriknya adalah:

Proof and disproof

Efficiency of prayer

Too false to be harmless

Can never get enough

I'm the three head watchdog

This my revelation, my only disease

A manifest of life

If I could reach trough, catch you

Make you understand,

If I'm not dead enough for life

Am I alive enough for death?

If I could reach trough, catch you

Make you understand

If I'm not dead enough for life

Am I alive enough for death?

A gift from the unknown, promises they gave us

Rejection our faith, and I fought this purpose

Emotions or images, drawn with a single line

Our methods are unsound, a life I cannot offer, I cannot offer...

Lagu “Dead Enough for Life” bisa didengarkan di album Machines Are Us yang dirilis Icon of Coil pada tahun 2004.

Ingin memiliki merchandise original Koil? 

Silakan klik disini (https://www.rocknation.id/products/all?filter_artist=koil)


Touché Amoré – Suckerfish

Pilihan Bramaditya Dimas Andika – PF Videoworks



Bram adalah seorang videographer, scene archiver yang banyak merekam video live berbagai band dan kemudian diunggah ke channel Youtubenya PF Videoworks. Sebagai pecinta musik akut dengan selera yang cukup avant-garde meliputi berbagai genre musik, saya langsung menghubungi untuk menanyakan pilihan lagu berlirik puitis menurut dia. Bram memilih lagu “Suckerfish” dari band post-hardcore Touché Amoré. 

Liriknya adalah sebagai berikut:

That sinking feeling when you're not yourself

Searching for a reason for some kind of help

But all that comes is empty promises

And feeling anxious and useless

Then, when I'm at my worst

Comes someone who I don't deserve

I'll call her destroyer

And I'll destroy her

If you never had the chance, sing hallelujah

If you never had the chance, sing hallelujah

Sing, sing, sing

Hallelujah

Sing, sing

Hallelujah

Lagu Suckerfish bisa kalian dengarkan di album ...To the Beat of a Dead Horse yang dirilis pada tahun 2009.




Iwan Fals – Belum Ada Judul

Iwan Fals – Ibu

Pilihan Eka Annash – The Brandals

 

Saat dihubungi, Eka menyebutkan Iwan Fals sebagai panutannya dalam penulisan lirik. Lirik Iwan Fals banyak memotret kehidupan sehari-hari masyarakat kelas bawah/kelas pekerja yang sulit untuk dimengerti atau didalami oleh kaum borjuis atau masyarakat ekonomi kelas atas. Tapi kalau kita mengalaminya, kita bisa menemukan keindahan di setiap lagunya. Bang Iwan membuat hidup kita terasa puitis serta punya makna walaupun dihimpit kesusahan dan tekanan ekonomi. 

Eka Annash memilih 2 lagu dari Iwan Fals, pertama yang berjudul “Belum Ada Judul” dengan lirik sebagai berikut:

Pernah kita sama-sama susah

Terperangkap di dingin malam

Terjerumus dalam lubang jalanan

Digilas kaki sang waktu yang sombong

Terjerat mimpi yang indah

Lelap

Pernah kita sama-sama rasakan

Panasnya mentari hanguskan hati

Sampai saat kita nyaris tak percaya

Bahwa roda nasib memang berputar

Sahabat masih ingatkah

Kau?

Sementara hari terus berganti

Engkau pergi dengan dendam membara

Di hati

Cukup lama aku jalan sendiri

Tanpa teman yang sanggup mengerti

Hingga saat kita jumpa hari ini

Tajamnya matamu tikam jiwaku

Kau tampar bangkitkan aku

Sobat

Sementara hari terus berganti

Engkau pergi dengan dendam membara

Di hati

Di lagu ini, Iwan Fals menangkap esensi sebuah persahabatan. Lagu “Belum Ada Judul” bisa didengarkan di album Belum Ada Judul yang dirilis pada tahun 1992.

Sementara lagu kedua yang dipilih adalah “Ibu”, dengan lirik sebagai berikut:

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku, anakmu

Ibuku sayang, masih terus berjalan

Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah

Seperti udara

Kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas Ibu

Ibu

Ingin kudekap

Dan menangis di pangkuanmu

Sampai aku tertidur

Bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa

Baluri sekujur tubuhku

Dengan apa membalas Ibu?

Ibu

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh

Lewati rintang untuk aku, anakmu

Ibuku sayang, masih terus berjalan

Walau tapak kaki penuh darah, penuh nanah

Seperti udara

Kasih yang engkau berikan

Tak mampu ku membalas Ibu

Ibu

Menurut seorang Eka Annash, lagu ini merupakan sebuah apresiasi seorang anak akan dedikasi terdalam sosok seorang ibu. Lagu “Ibu” bisa didengarkan di album



The Beatles – Till There Was You

Pilihan Rizal Taufik – The Panturas

Rizal Taufik atau yang biasa dipanggil Ijal adalah gitaris dari klab rock selancar kontemporer The Panturas. Meskipun Ijal nampak kalem dan terlihat jarang bersuara, namun lick gitarnya sedap didengar dan menjadi unsur penting dari musik The Panturas. Membuat penasaran kira-kira apa pilihannya kalau disuruh memilih lagu yang berlirik puitis. “Till There Was You” dari The Beatles yang dipilih Ijal adalah sebuah lagu yang menyenangkan dengan lirik yang romantis namun tetap puitis. 

Liriknya adalah sebagai berikut:

There were bells on a hill

But I never heard them ringing

No, I never heard them at all

'Till there was you

There were birds in the sky

But I never saw them winging

No, I never saw them at all

'Till there was you

Then there was music

And wonderful roses

They tell me in sweet fragrant meadows

Of dawn and dew

There was love all around

But I never heard it singing

No, I never heard it at all

'Till there was you

Then there was music

And wonderful roses

They tell me in sweet fragrant meadows

Of dawn and dew

There was love all around

But I never heard it singing

No, I never heard it at all

'Till there was you

'Till there was you

“Till There Was You” bisa didengarkan di album With the Beatles yang dirilis pada tahun 1963.

Merchandise original The Beatles bisa kalian lihat disini 

(https://www.rocknation.id/products/all?filter_artist=the+beatles)



Lemon Tree’s Anno ‘69 – Merah Putih Bersilang Di Mukaku

Pilihan Rio Tantomo – Penulis, Host Rock Nation Podcast

Sosok nyentrik yang tulisannya tersebar di berbagai media ini juga adalah host Rock Nation Podcast.  Obrolannya dengan banyak musisi serta figur penting di skena musik tanah air bisa kalian dengarkan disini

Saat ditanya untuk memilih lagu dengan lirik puitis, Rio memilih lagu “Merah Putih Bersilang Di Mukaku” dari Lemon Tree’s Anno ’69. FYI, mereka adalah sebuah grup musik asal Surabaya yang sesuai dengan namanya, berdiri pada tahun 1969. Formasi awal grup ini adalah Gombloh, Leo Kristi, dan Franky Sahilatua. Lemon Tree’s mengalami pergantian personil sebelum akhirnya mereka merilis album perdana Nadia & Atmospheer pada tahun 1978. Album yang masuk di peringkat #78 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik Majalah Rolling Stone" memuat lagu yang berjudul “Merah Putih Bersilang Di Mukaku”. 

Liriknya adalah:

Angin laut tampar lembut terasa dingin di kudukku

Burung camar samar halus fatamorgana di depanku

Senyum perawan tipis berawan

Tempel di pelupuk mata kananku

Yang Shanti

Yang Shanti

Yang Shanti

Yang Shanti

 

Bara api terasa kering lapisan panas di keningku

Prostitusi caci maki budaya lewat di kotaku

Bersimpang siur dada berdebur

Tempel di pelupuk mata kiriku

Yang Shanti

Yang Shanti

Yang Shanti

Yang Shanti

 

Hey hey bayi telanjang 

Bersimbah tawa bersimbah peluh

Hey hey pedang telanjang

Bersimbah darah bersimbah keluh

 

Kejar mengejar diseling kerling

Mega berarak tuding-menuding

Peluk berpeluk saling menggiling

Guru mengguru dunia berpaling

 

Damai desa ramai kota saling pagut menyeluruh

Kuncup tebu asam arang saling berjanji memadu

Lestari alam ciptaan Satu

Tempel di kedua mata batinku

Yang Shanti

Yang Shanti

Yang Shanti

Yang Shanti

Lagu “Merah Putih Bersilang Di Mukaku” ini bisa didengarkan di album Nadia & Atmospheer yang sempat direissue oleh Elevation Records pada tahun 2021 silam.



La Dispute – Andria

Pilihan Aldy Firstanto – Seems Like Yesterday

Sosok ramah yang juga seorang gitaris dari band post-hardcore Seems Like Yesterday ini tidak butuh waktu lama untuk menyebut lagu “Andria” dari La Dispute sebagai lagu berlirik puitis yang dia pilih. Vokalis Jordan Dreyer dari La Dispute menyanyikan lirik lagu Andria dengan gaya bercerita, yang kemudian disambung dengan teriakan lirih sepanjang lagu. 

Lirik lengkapnya adalah:

You still cross my mind from time to time, and I mostly smile

Still so set on finding out where we went wrong and why

So I retrace our every step with an unsure pen

Trying to figure out what my head thinks

But my head just ain't what it used to be

And then again, what's the point anyway?

I remember you ascending all the stairs up to the balcony

To see if you could see me hidden quietly away

I remember the skin of your fingers

The spot three quarters up I'd always touch when I was out of things to say

You held my hand, but you were too afraid to speak, you were too afraid to speak and I could never understand

I remember when you leaned in quick to kiss me, and I swear

That not a single force on earth could stop the trembling of my hand

And I remember how you smiled through the smoke

In a crowded little coffeehouse and laughed at all my jokes

And I remember the way that you dressed and

How we wasted all the best of us in alcohol and sweat

And I remember when I knew that you'd be leaving, how I barely kept up breathing

And I bet if I had to do it all again, I'd feel the same pain

I remember panicked circles in the terminal in tears

How I wept to god in fits, I've hated airports ever since

It must be true what people say, that only time can heal the pain

And every single day I feel it fade away, but

I still remember how the distance tricked us

And lead us helpless by the wrist into a pit to be devoured

I still remember how we held so strong to this

Though we had never really settled on a way out

I still remember the silence, and how we'd always find a way

To turn and run to our mistakes

I still remember how it all came back together just to fall apart again

My dear, I hear your voice in mine

I've been alone here

I've been alone here

I've been afraid, my dear

I've been afraid, my dear

I've been at home here

I've been at home here

You've been away for years

You've been away for years

I've been alone

I've been alone

I've been alone

I've been alone

I breathed your name into the air, I etched your name into me

I felt my anger swelling, I swam into its sea

I held your name inside my heart, but it got buried in my fear

It tore the wiring of my brain, I did my best to keep it clear

So, dear, no matter how we part, I hold you sweetly in my head

And if I do not miss a part of you, a part of me is dead

If I can't love you as a lover, I will love you as a friend

And I will lay a bed before you, keep you safe until the end


Lagu “Andria” bisa didengarkan di album La Dispute berjudul Somewhere at the Bottom of the River Between Vega and Altair yang dirilis pada tahun 2008.

Penulis : Febri

Design : Adam