Jurnal

Pengaruh Zine Dalam Dunia Musik image

Pengaruh Zine Dalam Dunia Musik

Zine adalah karya kecil yang diterbitkan sendiri dari teks dan gambar asli atau yang disesuaikan, biasanya direproduksi melalui mesin fotokopi. Zine adalah produk dari satu orang atau kelompok yang sangat kecil, dan populer difotokopi menjadi cetakan fisik untuk diedarkan. Perkembangan dunia zine dimulai pada tahun 1930 di Amerika, ketika fans dari fiksi ilmiah (science fiction) melalui klub-klub yang mereka bentuk membuat suatu fan-zine yang membahas apapun mulai dari budaya, musik sampai politik.

 

Sekitar 40 tahun kemudian pada pertengahan tahun 70-an di Inggris, pengaruh cukup signifikan juga datang dari fans punk rock. Pada saat itu media mainstream sama sekali mengacuhkan punk rock dan kemudian fans punk rock memilih untuk memproduksi sendiri zine yang mereka sebut dengan ‘Zine Punk’ untuk penyebarluasan informasi tentang budaya dan komunitas mereka. Steve Samiof, salah satu orang dibalik zine punk populer yang berjudul "Slash" yang meliput band-band punk seperti Sex Pistol, The Clash, The Ramones, dan Joy Division. Edisi pertama dari zine tersebut diterbitkan pada tahun 1976.

 

Lalu selain itu ada Maximum Rock n' Roll atau MRR merupakan zine punk tertua di dunia. MRR sebenarnya berawal dari sebuah acara underground di radio kemudian berkembang menjadi zine dengan bahu membahu secara kolektif untuk menghasilkan sebuah majalah punk dengan politik yang baik. Dengan eksistensinya MRR sempat dituding sebagai 'punk law' atau 'punk police' karena opini yang dibuat MRR kemudian menjadi opini umum dalam komunitas. MRR disamakan dengan mainstream karena oplah dan pendistribusiannya yang cukup luas dan besar. 

 

Di Indonesia sendiri, perkembangan zine bisa dilihat di sekitar tahun ‘90-an. Geliatnya terlihat di Bandung pada waktu itu, dimulai dari zine bernama Revogram yang berisikan info-info seputar musik underground dengan spesifikasi musik keras (metal/punk) yang meliputi informasi musik, band-band, dan acara underground di bandung. 

 

Kemudian berlanjut di tahun 1996 dengan hadirnya Brainwashed zine di Jakarta yang di edisi awalnya, mereka merilis zine yang berisikan 24 halaman, dan rilis dalam 7 terbitan dan kemudian dibuatkan bentuk majalah pro dengan sampul berwarna. Hal lain yang merupakan bagian dari perkembangan zine di indonesia di tahun 2000-an adalah munculnya kolektif-kolektif yang mendistribusikan zine secara masif. Banyak di antara mereka yang mendistribusikan zine adalah para pembuat zine juga. 

 

Kehadiran kolektif-kolektif ini juga sangat mendukung perkembangan zine di Indonesia. Banyak dari mereka yang membaca zine dalam berbagai kasusnya akhirnya membuat zine mereka sendiri. Hal ini semakin mendorong perkembangan zine, baik dari jumlah dan jenisnya. Beberapa distributor tersebut diantaranya adalah Kolektif Kontra Kultura (Bandung) dan Peniti Pink (Jakarta). Hingga saat ini zine semakin berkembang di indonesia dengan format berbentuk PDF zine.

 

Beberapa contoh Kelompok yang membuat PDF zine adalah Uphoria, Buta Warna (Bekasi), Kata zine (Jakarta), Bunpaisuru (Kediri), Hipster dan Unzivilized (Bandung), New Born Fire (Jogja), Anekdot (Palembang), Tipis (Palem- bang), Cinta Mati (Palembang). Selain itu ada juga webzine diantaranya Innergarden, Rock Is Not Dead, Dead Media FM, Indogrind (Jogja), Semarang On Fire, Dapur Letter, Deathrockstar, Wasted Rockers, Jalur Bebas (Semarang).

 

Zine dan Magazine memiliki perbedaan yang signifikan di mana zine memiliki konten yang spesifik, dalam satu zine biasanya menggunakan 1 topik atau tema tertentu. Sedangkan magazine memiliki ragam tema dalam setiap isinya. Setelah itu zine bisa dipublikasikan oleh perorangan tanpa harus melewati publikasi yang rumit. Sedangkan magazine yang harus melewati proses panjang dalam publikasinya, seperti proses pembuatan artikel, editing, percetakan sampai pemasaran. Selanjutnya zine tidak memiliki aturan dalam membuat layout didalamnya, sedangkan magazine dalam membuat layout harus diperhitungkan secara baik dan pas. Selain itu zine juga terkadang digunakan sebagai alat penjualan merchandise dari band-band.