Jurnal

Sekilas Perjalanan Kaos Band image

Sekilas Perjalanan Kaos Band

Merchandise band seperti kaos adalah perpanjangan album dari musisi itu sendiri. Selain bagian dari fashion, kaos band juga dapat menjadi identitas, sebagai penanda bahwa mereka menyukai dan mensupport band tersebut.

Sumber Gambar: Dead Net

Dekade 60’an

Usut punya usut, kaos band official diproduksi pertama kali pada tahun 1968 oleh Bill Graham, seorang promotor konser pada era 60’an. Grateful Dead & Jefferson Airplane adalah dua nama besar yang kerap menjadi headliner konser pada masa itu.

Awalnya, kaos band hanya dijual pada saat konser diselenggarakan. Tujuannya, sebagai memorabilia bagi mereka yang datang di konser tersebut. Sudah tidak heran lagi, bagi mereka yang memiliki kaos band pada masa itu adalah sebuah kebanggaan tersendiri.

Kaos band telah menjadi sejarah dari eksistensi industri dan berkembang pesat. Di Industri musik rock, kaos band telah menjadi kultur lalu mempengaruhi Industri fashion saat ini. Sebagai suatu fenomena fashion, kaos band akan berkembang hingga masa yang akan datang.

Merchandise band cepat berkembang, ide-ide gila untuk memproduksi di luar kaos pun bermunculan. Band raksasa lintas genre yang berpengaruh di era 60 akhir hingga 70an pun tak luput dari fenomena ini. Nama besar seperti Black Sabbath, Led Zeppelin, The Rolling Stones atau mungkin The Doors dan Pink Floyd mengeluarkan merchandise selain kaos dengan kuantitas yang banyak dan jenis yang lebih beragam. Namun, komoditas jualan utama mereka tetaplah kaos walaupun mereka sudah tidak produktif mengeluarkan album rekaman.

Harga kaos cetakan awal dari era kejayaaan mereka banyak diburu fans fanatik dan kolektor di berbagai marketplace atau forum komunitas dengan harga yang fantastis. Harga kaos itu melonjak drastis karena nilai historis. Coba saja kalian cek di situs lelang seperti ebay untuk harga kaos vintage yang mungkin bahannya sudah tidak tebal dan sablonannya tergerus oleh usia.


Sumber Gambar: The Hype Magazine, Freshness Magazine, Highsnobiety, Milled

Dekade 80’an

Dekade 80an, musik metal khususnya thrash metal mulai merangkak ke permukaan. Budaya tape trading di skena metal global berkembang sejalan dengan budaya mail order kaos via surat menyurat dimulai. Band mulai mencetak kaosnya sendiri. Namun, beberapa band telah bekerja sama dengan perusahaan yang berkutat di seputar merchandise. Sebut saja Brockum, sebuah perusahaan pemegang lisensi merchandise band bergenre metal dan rock.  Perusahaan ini berjaya di era 80-90an dan telah mendistribusikan nama besar seperti Slayer, Metallica dan band rock lainnya.

Memasuki era milenial semakin banyak kolaborasi merchandise band dengan streetwear. Contohnya seperti Obey X Bad Brains, Supreme X My Bloody Valentine, Diamond X Slayer, Mishka X Dinosaur Jr. dan brand lainnya. Trend streetwear di kalangan anak muda seakan tidak pernah lepas dari musik. Sehingga, banyak kolaborasi yang konon dicetak dengan jumlah terbatas dan dibandrol dengan harga di atas standar. Beda lagi dengan brand yang memproduksi dengan jumlah yang besar seperti Cotton On dan H&M. Mereka melisensi kaos band dengan kuantitas yang masif dan mudah didapatkan di outlet mereka di seluruh dunia.

Fans musik, kolektor atau sekedar pecinta fashion di Indonesia saat ini lebih mudah mendapatkan merchandise band yang mereka sukai. Berbeda dengan era 70-90an, untuk mendapatkan kaos band, mereka tidak mempunyai banyak pilihan toko. Akhirnya, mereka membeli dengan cara mail order ke label atau band lalu mengirim hidden cash atau mungkin nitip sama teman yang sedang jalan-jalan atau tinggal di luar negeri.

Beranjak ke tahun 2000an, kita telah dimanjakan oleh kemudahan internet. Merchandise band telah mampu merambah negara-negara berkembang di Asia, seperti Indonesia. Rock Nation salah satunya, sebagai salah satu penyalur merchandise band luar dan lokal. Rock Nation memiliki banyak pilihan kaos band official lintas generasi dengan beragam genre.

Perkembangan dan persaingan industri begitu pesat. Di Indonesia sendiri, banyak pelaku bisnis lokal yang mampu melisensi kaos band mancanegara. Contohnya seperti Undying Music dan Brutal Mind. Produk mereka telah tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Sumber Gambar: Buffalo Exchange

Fenomena Bootleg

Toko fisik dan online terpercaya yang menjual merch band original semakin banyak. Namun, tidak dipungkiri di jaman internet dengan informasi yang semakin mudah, kaos bajakan atau bootleg masih banyak dijual di pasaran, dengan harga yang lebih murah dan hanya menguntungkan pihak penjual karena mereka tidak meminta izin dan memberikan royalti sepeserpun untuk produk yang mereka jual secara "ilegal" tersebut. 

Semua dikembalikan kepada fans dan konsumen merchandise band itu sendiri. Untuk mengapresiasi perpanjangan atau bentuk lain dari karya musik mereka, fans sejati pasti akan lebih memilih membeli produk original karena dengan begitu mereka mensupport secara nyata keberlangsungan band tersebut . Band pastinya butuh pemasukan untuk eksistensi mereka, terlebih saat pandemi seperti ini dimana panggung-panggung musik dibekukan, sementara merch band adalah juru selamat mereka.

Penulis : Daniel Mardhany
Desain : Gilang Ferdiansyah